METODE PEMBELAJARAN QAWA’ID


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

Alhamdulillah, kata yang terindah dan hanya pantas diberikan kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara alam semesta yang senantiasa melimpahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada segenap makhluk-Nya, walau terkadang hamba tetap mengingkari-Nya. Dialah Allah Azza wa Jalla, yang telah memberikan ‘ināyah, taufīq, dan hidāyah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam semoga tetap disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan senantiasa memberi inspirasi kepada umatnya untuk berkreasi membangun peradaban yang madani.

            Pembelajaran qawa’id merupakan hal yang sangat urgen sekali, karena dengan memahami qawa’id secara baik akan mengantarkan kepada pemahaman teks  yang tepat dan benar. Oleh karena betapa pentingnya hal ini, pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang metode apa saja yang digunakan dalam penyampaian qawa’id.

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.    Pengertian

Pembelajaran qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar.

Tujuan Pembelajaran Qawa’id

  1. Untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari  kekeliruan serta menciptakan kebiasaan berbahasa yang benar[1]. Sebagaimana yang Diperintahkan oleh Ali Ibn Abi Thalib kepada Abul Aswad Ad- Duali untuk menetapkan kaedah- kaedah nahwu agar terpeliharanya bahasa Arab dari kerusakan yang disebabkan oleh bercampurnya dengan orang- orang asing dan terpengaruh oleh dialek mereka.
  2. Memahami posisi kata, sehingga membantu mengantarkan kepada pemahaman yang baik terhadap makna kata tersebut.
  3. Mengasah otak, menajamkan perasaan dan menumbuhkan perbendaharaan bahasa siswa.
  4. Membiasakan siswa mampu melihat dengan jeli, berfikir rasional dan sistematis, melatih mengambil kesimpulan, menggunakan teori, agumentasi yang mengantarkan siswa mengikuti pola induktif dalam pembelajaran qawa’id.
  5. Mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat, dengan merujuk pada standar kaedah yang dipelajari, karena kaedah bahasa merupakan ilmu standar yang menjauhkan siswa dari kesalahan dan mengingatkan ketika terjadi kesalahan.

 

  1. B.     Metode Pembelajaran Qawa’id

Para pakar sepakat bahwa pembelajaran qawa’id suatu bahasa hendaknya ditunda terlebih dahulu sehingga siswa berumur sepuluh atau sebelas tahun, karena qawa’id itu merupakan uraian atau penjabaran dari suatu bahasa, sedangkan anak kecil lebih condong kepada hal- hal yang bersifat indrawi. Adapun usia sepuluh tahun tepatnya siswa yang tengah duduk di bangku kelas lima SD ( sekolah Dasar ) merupakan usia yang memungkinkan seorang siswa mulai memikirkan hal- hal yang bersifat abstrak (  non indrawi ), sehingga usia ini cocok untuk memulai pembelajaran qawa’id[2].

Adapun pada usia di bawah sepuluh tahun atau tepatnya kelas satu SD cukup hanya dengan melatih siswa menggunakan/ mengucapkan bahasa secara benar, mengarahkan mereka kepada bahasa Arab fusha bukan ‘amiyah, serta memperkenalkan kepada mereka mufradat- mufradat yang disampaikan melalui muhadatsah, permainan dan sebagainya.

Adapun pada tingkat terakhir di jenjang sekolah dasar, ketika pemikiran siswa telah matang, mulailah menyampaikan kaedah- kaedah pokok bahasa pada waktu- waktu tertentu. Ketika siswa menduduki tingkat tsanawiyah, dimulailah pembelajaran qawa’id dengan cakupan yang lebih luas.

Adapun maksud dari semua ini adalah :

a)      Tidak memulai pembelajaran dengan qawa’id

b)      Tidak memberikan pembelajaran qawa’id kecuali hanya sebatas keperluan saja.

c)      Berangsur- angsur dalam pembelajaran qawa’id mulai dari usia sepuluh tahun, kemudian mengulang- ulang apa yang telah diajarkan kepada mereka serta melanjutkan kepada pembahasan yang lebih luas.

d)     Sederhana dalam penyampaian uslubnya.

 

1)      Metode Istiqraaiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id

Qawa’id merupakan bagian dari pembahasan bahasa Arab yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Metode Istiqraaiyyah merupakan metode yang paling cocok untuk pembelajaran bahasa Arab. Metode ini dikemukakan dengan pemberian contoh kemudian menetapkan kaedah- kaedahnya[3].

Adapun kebiasaan sebelumnya dalam pembelajaran qawa’id bahasa Arab adalah metode al-Ilqaaiyyah al-Akhbaariyyah, yaitu adanya serentetan qawa’id yang diikuti dengan contoh- contoh. Akan tetapi para pakar menyarankan untuk tidak menggunakan metode ini dan menggunakan metode Istiqraaiyyah. Dalam metode ini dikemukakan contoh-contoh yang beraneka ragan sesuai dengan kehidupan, pengalaman serta pengetahuan siswa, setelah itu baru ditetapkan qawa’idnya dari contoh-contoh tersebut.

Agar sukses dalam pembelajaran qawa’id, seorang guru mesti mempersiapkan materi serta langkah- langkah metode pembelajaran qawa’id sebelumnya, kemudian memberikan hak masing-masing langkah dari langkah-langkah yang ada, sehingga satu tahapan dengan tahapan yang lainnya tidak berdiri sendiri. Seorang guru juga harus memperhatikan contoh- contoh yang diberikan dalam pembelajaran qawa’id, mudah, jelas dan tidak berlawanan dengan pengetahuan dan pemikiran siswa sehingga mereka memahaminya. Dan lebih diutamakan memilih sebuah paragraf yang menghimpun semua contoh-contoh yang mengantarkan kepada kaedah baru.

Dan untuk pemantapan qawa’id yang telah dipelajari siswa, akan lebih baik jika guru memberikan latihan-latihan, berupa lisan kemudian tulisan.

2)      Metode Al-Iqtishaadiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id                   

Dalam pembelajaran qawa’id, metode- metode sebelumnya merupakan metode yang sering digunakan, berbeda dengan metode Al-Iqtishaadiyyah, yaitu mempelajari qawa’id ketika pembelajaran Muthala’ah dan teks-teks sastra tanpa mengkhususkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan tidak ditemukan pembelajaran ini dalam jadwal pembelajaran. Siswa mendiskusikan kaedah-kaedah tersebut kemudian guru memberikan penjelasan serta tambahan dengan metode Istiqraaiyyah, sehingga siswa memahami kaedah demi kaedah.

3)      Metode Taqliidiyyah

Metode dengan menyebutkan kaedah-kaedah, pengertian atau pembahasan secara umum, kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang sesuai. Misalnya Jamii’uddurus Al-‘Arabiyyah, qawa’id disajikan dengan cara mengawalinya melalui defenisi / kaedah, baru disertai dengan contoh dan penjelasan.

  1. C.    Tathbiiq ( Penerapan/ Praktek ) Qawa’id

Tathbiiq merupakan tahapan terakhir dalam pembelajaran qawa’id, dan ia merupakan tahapan terpenting karena pada tahapan inilah dijelaskan dan ditetapkan qawa’id. Dan pada tahapan ini pula seorang guru mengetahui kemampuan siswa, jika siswa memiliki kelemahan, maka hendaklah seorang guru memberikan perhatian lebih.

Karena pentingnya tahapan ini, hendaklah seorang guru tidak berlama-lama pada pembelajaran qawa’id pada tahap pertama.

Syarat- Syarat Tathbiq

Dalam memilih soal hendaklah menjaga hal-hal berikut ini,

1)      Hendaknya contoh- contoh yang dikemukakan itu mudah, jelas dan tidak bertele- tele.

2)      Hendaknya beragam, tidak terpaku dengan satu bentuk soal saja.

3)      Hendaknya berangsur- angsur, dari yang mudah kepada yang sulit.

 

Macam – macam Tathbiq

At-Tathbiq Asy-Syafahi, dilakukan secara lisan, dan At-Tathbiq At-Tahriri, secara tertulis.

  1. D.    Metode Pembelajaran Qawa’id di Madrasah Tsanawiyah Negeri, Swasta dan Pondok Pesantren

a)      Metode Pembelajaran Qawa’id di Pondok Pesantren MTI Batang Kabung , Tabing

Dalam pembelajaran qawa’id di pondok pesantren MTI Batang Kabung Tabing menggunakan metode Taqliidiyyah.

b)      Metode Pembelajaran Qawa’id di MTSN Model Gunung Pangilun Padang

Adapun metode pembelajaran qawa’id yang digunakan di MTSN Model ini adalah metode Istiqraaiyyah, Taqliidiyyah, Diskusi dan Tanya Jawab.

c)      Metode Pembelajaran Qawa’id di MTSS Batu Taba Padang Panjang

Metode yang digunakan di madrasah ini adalah metode al- Istiqraaiyyah, hanya saja waktunya tidak seefektif di madrasah negeri.

  1. E.     Faktor Penyebab Lemahnya Siswa dalam Pembelajaran Qawa’id

Adapun faktor terpenting adalah :

a)      Bahasa itu sendiri

Ini merupakan faktor utama lemahnya siswa dalam pembelajaran qawa’id. Dalam pembelajaran qawa’id, siswa mempelajari kaedah bahasa Arab fusha, dan berusaha untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan, akan tetapi di lingkungan rumah, sekolah tersebar bahasa Arab ‘amiyah, dan tentu saja hal itu akan sangat mempengaruhi siswa.

b)      Kurikulum  Pembelajaran

Adanya pemilihan dan penetapan urikulum yang tidak sesuai dengan karakteritik dan kebutuhan siswa.

c)      Metode Pembelajaran

Metode merupakan suatu yang sangat penting dalam pembelajaran, karena sebaik apapun materi yang disampaikan jika metodenya tidak tepat maka akan sis-sia saja.

d)     Guru

Guru merupakan sosok yang ditiru dan digugu, dan jika seorang guru tidak memiliki kompetensi yang seharusnya dimilikinya, maka akan membawa pengaruh buruk terhadap pembelajaran siswa.


BAB III

PENUTUP

  1. A.    Kesimpulan

Pembelajaran qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar.

Para pakar sepakat bahwa pembelajaran qawa’id suatu bahasa hendaknya ditunda terlebih dahulu sehingga siswa berumur sepuluh atau sebelas tahun, karena qawa’id itu merupakan uraian atau penjabaran dari suatu bahasa, sedangkan anak kecil lebih condong kepada hal- hal yang bersifat indrawi.

Adapun metode yang sering digunakan dalam pembelajaran qawa’id adalah :

1)      Metode Istiqraaiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id

2)      Metode Al-Iqtishaadiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id

3)      Metode Taqliidiyyah

 

  1. B.     Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis hanya mengemukakan beberapa pendapat, dan penulis menyerahkan kepada pembaca untuk melanjutkan pembahasan ini sebagai kajian ilmiah yang lebih sempurna.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ali Saman, Mahmud, At-Taujiih Fii Tadriisi Al-Lughati Al-‘Arabiyyati, Kairo :   Ad-Daaru Al-Ma’aarif, 1983

Ash- Shamili, Yusuf, Bahasa Arab Metode Pembelajaran Dan Aplikasinya,  Beirut: al-Maktabah  al-‘Ashriyyah, 1998

Hanomi, Qawa’id Dan Qiraah,  Padang : Hayfa Press , 2009

 


[1] Hanomi, Qawa’id Dan Qiraah, ( Padang : Hayfa Press , 2009 ), h. 44

[2] Mahmud Ali Saman, At-Taujiih Fii Tadriisi Al-Lughati Al-‘Arabiyyati, ( Kairo : Ad-Daaru Al-Ma’aarif, 1983 ), h. 150

[3] Yusuf Ash- Shamili, Bahasa Arab Metode Pembelajaran Dan Aplikasinya, ( Beirut: Pustaka Al-‘Ashriyyah, 1998), h. 125

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Blog di WordPress.com.

Atas ↑